Rabu, 22 Februari 2012

pak tua.

awalnya sih hanya sebuah rumah dipinggiran jalan raya deket lampu merah. rumah biasa yang setiap pagi pintunya tertutup atau kadang hanya terbuka separoh (karena pintunya terbuat dari pintu yang bisa dibuka diatas dan dibawah, saat yang diatas dibuka, yang dibawah bisa ditutup atau bisa dibuka dua-duanya). dan pada suatu sore, disana, didepan pintu yang terbuka itu bisa kuintip isinya. hanya sebuah tumpukan-tumpukan kardus dan tas plastik saja, sepertinya itu bekas toko. yah, disana ada laci yang biasanya dibuat untuk menyimpan barang-barang jualan mereka oleh si pemilik toko, dengan cat berwarna cokelat. entah kenapa aku selalu tertarik memperhatikannya.

dan suatu sore berikutnya, aku tak sengaja berhenti pas didepan pintu rumah itu yang terbuka lebar-lebar, dari sana aku bisa menebak, arah pintu lurus kebelakang itu adalah sebuah dapur, karena disana terlihat dengan jelas kompor gas dan tabung gas berwarna hijau muda dan berukuran kecil.

kemudian, disuatu sore berikutnya, aku melihat seorang kakek tua sedang duduk santai memegangi tongkat dan menikmati pemandangan lalu lintas yang semakin padat, kendaraan berlalu lalang didepannya. wajahnya yang keriput itu memerhatikan dengan jelas setiap kendaraan yang lewat didepannya. dan lampu sudah hijau, aku bergegas meninggalkan pemandangan miris itu.

suatu sore di hari berikutnya, aku hanya melihat kakek tua itu sedang membungkuk ke arah tanaman didepan rumahnya itu. memerhatikan tanaman peliharaannya itu yang selama ini menjadi teman setianya saat sepi menggerogoti harinya.

lalu, disuatu sore berikutnya lagi, aku melihat kakek itu berdiri didepan pintu, memegangi tongkat, memandangi jalanan yang masih penuh dengan kendaraan dan asap-asap kotor, entah kenapa kemudian dia berjalan mundur kedalam ruangan.

disore yang lainnya aku tak melihatnya, hanya sebuah pintu yang kadang terbuka semua dan semua orang bisa melihat kedalam ruangannya seperti biasanya, atau hanya terbuka bagian pintu atasnya saja. kakek itu, kemana?

sore-sore berlalu. aku lupa memerhatikan kakek itu lagi.

dan sore tadi, aku melihatnya lagi. tengah duduk di pinggiran pintu dengan menyenderkan kepalanya di gagang yang lainnya. dia begitu tua dan keriput. seolah-olah ada beban yang sangat berat sedang dipikulnya. dia masih saja sama, memerhatikan jalanan dengan tatapan kosong. menyedihkan.

melihatnya, seperti melihat kakekku yang juga selalu menghabiskan hari-harinya dengan kesepian dirumah ini. maaf kakek...

-me-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar