Senin, 06 Februari 2012

my home sweet home


kupandangi lagi langit-langit kamarku. tempat dimana aku biasa melepas lelah dan bermanja-manja dengan nenekku. tempat dimana aku bisa bercerita dan bertanya sebanyak mungkin padanya. tempat dimana aku bisa menggendong boneka berbieku yang super-duper gede dan bertingkah seolah-olah aku ini ibunya. tempat dimana aku bisa berdandan secantik mungkin, berkaca sepuasnya dan memuji betapa cantiknya aku melalui mirror itu. tempat dimana aku bisa memeluk boneka kelinci pemberian ibu dan tanteku. tempat dimana aku berpura-pura tidur saat dikelonin nenekku. tempat dimana aku suka didulang sama kakekku. tempat dimana aku bisa bermalas-malasan untuk bangun pagi. tempat dimana aku, nenek dan kakekku berkumpul saat malam tiba.

klik! dan lampu penerang diruangan kecil itu pun mati.

aku hanya perlu membawa kedua boneka kelinci ini. ya, sudah cukup.

aku kembali duduk diruang tengah. menyantap sarapan yang sudah disajikan kakekku sambil memasang sepatu mungil itu dikakiku yang kecil. menatap ke arah buffet didepanku. lhatlah! tak ada lagi televisi yang biasanya menemaniku sebelum dan sepulang aku sekolah. tak ada lagi. 

sekali lagi aku menatap sekelilingku, kamar rias nenekku yang berisi banyak lemari, lukisan omku yang dipajang dibagian atas tembok rumahku, jendela yang sudah mulai berdebu, mesin jahit tua nenekku yang suaranya sudah biasa menemaniku di tengah malam, lemari pakaianku yang memang sengaja diletakkan didepan pintu masuk antara ruang tengah dan ruang belakang, pembatas tembok rumahku tempatku biasa bermain boneka kertas yang kubeli dari sekolah, kamar bulekku yang gelap dan pengap masih dengan sprei favoritku, telfon rumah berwarna crem, papan tulis kecil yang biasa kupakai untuk bermain guru-guruan bersama Puput dan Rudi, kursi yang sedang ku duduki saat ini, meja kaca favoritku, bantal-bantal kecil dipelukanku ini. oh! benarkah ini hari terakhirku disini? di istanaku ini?

biarlah! kusantap saja sarapan pagiku.

aku berjalan ke ruang belakang dan mencari kakekku yang tengah sibuk membenahi barang-barangnya, dia terlihat lebih tua dari yang dulu. yang biasa menciumku dengan kumis-kumisnya yang menggelikan dan sangat kubenci. aku menghampirinya dan menyalimi tangannya yang kasar dan keriput. dia mengantarku sampai pintu keluar dengan langkah yang pincang. 

“wes ya, o”, pamitku padanya.

kususuri lorong perlahan lorong ini untuk yang terakhir kalinya, ruang tamu yang bisa kulihat lewat jendela, kursi-kursi kayu tempatku bermain saat menemani kakek dan nenekku yang menjamu tamu, teras rumahku tempatku ngerujak bersama kak enggar, bulek, rudi, puput, imam, dan yuli.
oh pohon bunga melati yang biasanya menjadi tempat paling favoritku saat tahun baru tiba. karena disitu akan dipasang lampu warna-warni oleh kakekku. berkelip saat malam tiba, indahnya! aku pasti merindukannya nanti...

akhirnya aku sampai juga digerbang berwarna biru putih ini. tinggal ku geser ke kanan dan pintunya terbuka, aku suka!

hey! coba lihat, bok tempat favoritku! bok itu semacam tempat duduk dari semen yang dipasang didepan halaman rumah kami sebagai pembatas jembatan, karena didepan rumahku ada sebuah sungai kecil yang airnya jernih sekali. biasanya diantara kedua bok itu aku bermain rumah-rumahan dari tanah. permainan anak desa yang sudah sangat aku hafal. tinggal tabur tanah disana-sini dan bentuk saja sesuai rute yang diinginkan. untuk membuat kursi hanya tinggal tumpukan abu-abu itu lalu pencet dengan jempol, jadi deh! haaaa aku mungkin tak bisa lagi bermain disini, sedihnya...

aku hanya bisa memandangi istanaku dari kejauhan. karena sesuatu nenek dan kakekku terpaksa menjual rumah itu. dan kini tak lagi kutemui bangunan tua itu, tempat dimana aku tumbuh besar, sekarang yang ada sebuah istana baru diatas tanah yang sama.


love, love, love and love :* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar