Sabtu, 17 Maret 2012

malaikat tak bersayap

dua puluh tahun yang lalu, pertama kali aku mengenalnya sebagai adik kecil yang lucu. bibirnya kecil, pipinya tembem dan matanya belok lengkap dengan bulu mata yang lentik. dia bernama Rio.

hari ini tepat di usiaku yang kedua puluh tujuh, dia datang dan memberikan sebuah kue ulang tahun yang cantik. lengkap dengan tulisan "Happy Birthday Kakak Cantik". yah, sebutan Kakak Cantik itu untukku, dia selalu memanggilku begitu. dan kami menghabiskan sisa malam ulang tahunku hanya berdua diteras rumahku.

dia juga selalu menjadi tempat dimana aku bisa menumpahkan semua amarah dan kekecewaanku. bahkan tak jarang dia mendengar cerita tentang pacar-pacarku atau bahkan seseorang yang sedang dekat denganku. bagiku, dia sudah seperti adikku sendiri.

dia bahkan selalu memberikan nasihat-nasihatnya kepadaku disaat aku membutuhkannya. dia selalu menyetel lagu kesukaanku saat menjemputku di kantor. dia selalu ada disaat kesulitanku. rasanya dia seperti malaikat tak bersayap yang telah dikirim Tuhan untukku.

dia selalu tersenyum mengawal harinya. selalu membagi senyum itu denganku dan orang-orang disekelilingnya. dia selalu bermanja-manja dengan mamaku. dan dia sudah seperti keluargaku sendiri.

mungkin karena jarak rumah kami yang berdekatan sehingga kami tak pernah putus kontak. kami selalu menjaga hubungan baik diantara satu dan lainnya. rasanya, kami sudah tak bisa dipisahkan.

di suatu malam minggu, dia mengajakku nonton dan makan malam. semalaman itu kami bercerita tentang segala kegilaan di masa kecil. tentang sepeda mininya, tentang boneka, tentang mimpi kami, tentang permain bodoh kami sebagai "suami istri muda", tentang segala yang kutakuti, tentang apapun yang kusenangi, tentang kegilaannya mengajakku bolos sekolah hanya untuk bermain, dan semuanya tentang kami.

tiba-tiba saja dia menatapku dengan serius dan suasana berubah menjadi kaku. aku tidak lagi menemukan tatapan mata yang penuh dengan keceriaan, dia, aku seperti tak mengenalnya.

"kenapa?", tanyaku mencoba mencairkan suasana.

"Kak, mungkin sekarang waktunya kakak untuk mendengarkanku. Kak, aku sudah bosan menjadi adik kecil kakak lagi, aku sudah bosan mendengar cerita tentang pacar, mantan dan semua lelaki yang mencoba mendekati kakak. aku sudah bosan selalu begitu-begitu saja. apa yang kakak ceritakan, selalu saja endingnya bisa kutebak dengan jelas dan sempurna semuanya menjadi kenyataan."

aku masih diam terpaku didepan meja yang berhadapan dengannya. ya Tuhan, apa yang terjadi? dan apa yang akan terjadi?

"Kakak selalu saja begitu. kakak selalu terlihat bodoh dan menyedihkan dihadapan mereka. apa kakak sadar? kakak selalu saja mengulangi kesalahan yang sama. kakak selalu saja begitu. dan aku selalu saja bilang 'nanti kak, suatu saat nanti pasti akan ada yang datang dan dia benar-benar sayang sama kakak' dan itu aku, Kak! Kakak mau jadi istriku?"

rasanya waktu tiba-tiba saja berhenti, dan entah dorongan darimana yang membuatku mengangguk tanpa ragu kepadanya.

sekarang permainan masa kecil itu menjadi nyata :)

-me-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar