Kamis, 03 November 2011

"but, I LOVE YOU!" (hanya sebuah coretan di waktu senggang saja)

But, i love you boy!

Kembalilah kau kekasihku, jangan putuskan kau tinggalkan aku. Sekalipun seringku menyakiti hatimu. Tapi hanya kaulah pengisi hatiku ...

Senandung lagu VD mengiringi di malam yang sunyi ini ...

Three years ago ...

“mama mama mama, mana seragam baruku ?”, tanya seorang gadis manja sambil menyisir rambutnya yang ikal sebahu. Matanya terus terpaku menatap dirinya dicermin, mengagumi keindahan dirinya.
Derit pintu berbunyi berat, masuk seorang wanita setengah baya dengan memakai gaun putih pualam dipadukan rok bunga-bunga cokelat manis sekali. Sambil tersenyum dia menyerahkan baju di hanger yang dia pegang pada gadis itu. “ini sayang ... anak mama sekarang udah gede ya?” ucap wanita itu sambil mengecup kening si gadis. Gadis itupun hanya tersenyum dan memeluk wanita yang dipanggilnya mama itu.
“i love you, mom! Muwah!”

Ini hari pertama Kinanti masuk sma. Kinanti, nama gadis itu. Kinanti Seroja. Mamanya berharap kehidupan Kinanti seharum bunga seroja oleh karena itu dia memberinya nama itu di belakang nama Kinanti. Papa Kinanti sudah meninggal saat Kinanti berusia enam tahun. Sekarang dia tinggal bersama mamanya yang hanya seorang guru sd biasa. Mereka hanya tinggal berdua.

“Kinanti Seroja !”
Kinan bergerak maju ketengah lapangan, mendekati kakak kelas yang memanggilnya tadi. Ini hari pertamanya dan dia telat datang sehingga dia harus menerima hukuman dari kakak seniornya.
“Kamu! Kenapa telat, ha?” tanya senior cowok yang tadi memanggilnya.
“Ketinggalan angkot, Kak.” Jawan Kinan pelan.
“Ketinggalan angkot? Kamu bangun jam berapa?” tanyanya lagi.
“jam 5, Kak.”
“jam 5? Kok masih bisa telat? Bohong ya kamu?” kali ini nada seniornya mengeras.
“enggak, Kak. Tapi saya bantu mama dulu.” Jawab Kinan jujur.
“Bener?”
“iya, Kak.”
“yasudah cepet masuk kelas sana. Acara sudah dimulai daritadi.”
“Heh akhirnya ....” batin Kinan.
Kinan sempat mengira dia akan dihukum macam-macam oleh kakak seniornya itu. Dag dig dug.

Jam 5 sore Kinan baru pulang. Dirumah mamanya sudah menyiapkan makanan kesukaan Kinan. Gado-gado! Dan dia melahap habis masakan mamanya. Lalu pergi mandi.
“mama rapi banget? Mau kemana?” tanya Kinan yang baru saja keluar dari kamar mandi, heran melihat mamanya sudah rapi.
“mama mau ke supermarket, sayang..” Jawab mama sambil tersenyum. Kinan balas tersenyum pada mamanya.
Hari ini adalah hari yang melelahkan buat Kinan. Ospek yang dia jalanin sekarang berbeda dengan masa ospek saat di smp dulu. Dan dia harus menjalaninya selama seminggu untuk awal adaptasi dengan lingkungan sekolah barunya itu.
Kakak senior Kinan sekarang ini lebih galak daripada kakak seniornya di smp dulu. Huah. Membayangkan yang akan terjadi besok pagi Kinan jadi ngantuk, sehingga dia tertidur didepan televisi yang masih hidup dan masih saja tertidur saat mamanya pulang. Mamanya hanya tersenyum melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.
Jam 5 pagi Kinan harus bangun, membantu ibunya masak dan setelah itu dia pergi mandi. Bersiap-siap lalu sarapan. Berkali-kali dia telat ke sekolah dan harus berhadapan dengan kakak seniornya itu selama masa ospek. Hari terakhir ospek, Kinan diberi julukan si miss ketinggalan angkot, karena setiap dia telat alasannya pasti ketinggalan angkot.

Masa ospek selama seminggu sudah dilewatinya, dan sekarang dia sudah terbebas dari masa penyiksaan itu. Tapi masih saja dia sering telat. Dan sering juga dia beru
rusan dengan satpam sekolah karena keterlambatannya.

(((())))

“mama, Kinan berangkat ya. Udah telat nih!” ucap Kinan setelah menyeruput segelas susu putih yang disiapkan mama untuknya.
Kinan berlari ke arah jalan raya karena jarak komplek perumahannya lumayan jauh dari jalan raya, sehingga dia harus sedikit ngoyoh untuk menjangkau jalan raya. Saat tiba dijalan raya, angkot jurusan ke sekolahnya sudah berangkat 5 menit yang lalu dan lagi-lagi Kinan ketinggalan.

“ketinggalan lagi?” sebuah suara bass menyapanya. Kinan dengan cepat menoleh ke arah suara itu.
“Ha? Kamu?” Kinan kaget saat mengetahui siapa pemilik suara itu. Kakak kelasnya! Senior yang memberinya julukan miss ketinggalan angkot. Huahaaa....
“bareng aja, yuk.” Ucapnya memberi Kinan tumpangan.
“Makasih deh. Nunggu yang lain aja, sepuluh menit lagi biasanya ada angkot yang lewat lagi.” Sahut Kinan ngeles. Memang ada angkot yang lewat sepuluh menit lagi, tapi itu bukan jurusan sekolah Kinan.dan Kinan harus naik angkot dua kali untuk menjangkau sekolahnya kalau dia naik angkot itu.
“Bukannya angkot yang tadi itu yang terakhir ya?” tanya kakak kelasnya itu.
Aaaaaaaaarrrrgggghhhhh kenapa tauk sihhh ? batin Kinan.
“Udahlah, ayo. Tarifnya sama kaya angkot aja deh.” Kinan hanya memandangi kakak kelasnya itu. Dan akhirnya dia mengiyakan tumpangan itu.

“Kinan, rumahmuh daerah situ ya?” tanya seniornya itu.
“iya” jawab Kinan singkat.
“Kinan, namamu bagus.” Basa-basinya lagi.
“Makasih.” Sahut Kinan.
“Enggak suka ya sama aku?”
“Ha ? Please deh, baru kenal juga.” Sahut Kinan. Tapi si seniornya itu langsung ketawa ngakak diatas motor maticnya. “ih kok malah ketawa sih? Aneh banget.”
“Kinan, Kinan. Maksudnya tuh kamu enggak suka ya ngobrol sama aku? Gitu. Bukan suka dalam arti lain ya.” Sahut seniornya itu. Muka Kinan memerah seketika. Dia malu banget.
“Namaku Agha.”

Ini awal perkenalan Kinan dengan Agha. Yohannes Agha Prasetya. Dan semuanya baru dimulai. Perkenalan yang memang disengaja oleh Agha itu berubah perlahan-lahan menjadi sebuah rasa yang tidak mereka mengerti. Awalnya mereka bersahabat dan terus bersahabat sampai akhirnya sebuah perasaan yang aneh timbul dibenak Agha.
Setahun, dua tahun, tiga tahun berlalu dan Kinan akhirnya meraih predikat Lulus dengan nilai terbaik di sekolah itu. Agha memberinya selamat dan sekotak cokelat berbentuk hati pada Kinan. Sebagai hadiah karena dia lulus dengan nilai terbaik. Mama memberi Kinan sebuah matic baru supaya Kinan tidak jadi miss ketinggalan angkot lagi. Mereka merayakan kelulusan Kinan dengan syukuran dirumah Kinan. Teman-teman dan sanak sodara diundangnya termasuk Agha.
“Thanks ya, Gha.” Ucap Kinan setelah acara selesai.
“Buat ?” tanya Agha tak mengerti.
“Buat semuanya.” Sahut Kinan sambil berjalan menjauh, meninggalkan Agha di teras sendiri. Agha tersenyum.
“Sama-sama.” Ucapnya samar-samar.

Tiga tahun Agha mengenal Kinan, dan selama tiga tahun itu Agha menyimpan sebuah rahasia untuk dirinya sendiri. Rahasia tentang perasaannya. Ingin sekali suatu hari dia ungkapkan, tapi dia takut, takut kalau nantinya Kinan akan menghindar darinya. Dia terlalu sayang pada Kinan.

((((()))))
Start to thinking about maried, Kin !

Sekarang usia Kinan udah enggak muda lagi. Sudah terbilang matang untuk menjalani sebuah rumah tangga. Mama berkali-kali mengingatkan Kinan tentang ini. Tapi Kinan tetap bersikap bodoh amat tentang hal ini. Besok tepat tanggal 23 september usia Kinan genap menjadi 23 juga. Seharian mama ceramah tentang pernikahan padanya, mengungkit usia Kinan yang juga sudah segitu.
“Stop, Mom! Ayolah, ma. Entar juga dapet. Entar juga bakalan nikah kok.” Sahut Kinan sambil menyiram bunga-bunga dihalaman mereka. Mama hanya menggeleng mendengarkan sahutan putri semata wayangnya itu. Mengungkit-ungkit lagi mantan pacar Kinan yang bejibun tapi akhirnya putus hanya dalam selang waktu satu bulan atau tiga bulan saja.

Handphone Kinan berbunyi, otomatis itu menghentikan ceramah mama tentang pernikahan dan mantan pacar Kinan itu. ”selamat...” batin Kinan.

”Halo?”
“Kinan, nanti dinner yuk” sahut suara dari seberang sana. Kinan yang tadinya cemberut seketika langsung tertawa ngakak.
“Dinner gimana nih? Tanya dulu takut entar salah nanggepin lagi.” Sahut Kinan.
“Ehmb... ehmb... yah dinner. Candylight dinner gitu deh” sahut suara dari sana. Kinan menanggapinya dengan ketawanya yang khas dan semakin menjadi-jadi.
“Candylight dinner??? Enggak salah, Gha??? Hahahhaha” sahut Kinan. Terdengar suara Agha seperti gelagapan diseberang sana dan Kinan semakin tertawa.
“Mau enggak sih?” tanya Agha memastikan jawabannya.
“Boleh deh, jam delapan. Enggak telat.” Sahut Kinan dan telpon ditutup.

Jam delapan malam Agha sudah stand by didepan rumah Kinan dengan jazz merahnya. Semenjak kerja, Agha sudah tidak menggunakan maticnya lagi. Gaji pertamanya berhasil dia ubah menjadi jazz merah.
“Makasih” ucap Kinan yang terlihat cantik sekali malam itu saat dibukakan pintu oleh Agha. Dan mereka melaju ke sebuah restoran mewah.
Disana Agha tak berhenti menatap Kinan yang terlihat anggun dan lebih cantik dari biasanya. Kesan kalem dari gaun cokelat yang dikenakannya menambah kharismanya malam itu. Kinan memoles mukanya dengan soft make up sehingga semuanya terkesan natural. Rambutnya yang ikalnya ditatanya sedemikian rupa sehingga lebih sedap dipandang mata.
“Pesen apa, Kin?” tanya Agha sedikit gugup.
“Ehmb... yang ini aja deh. Ehmb... minumnya yang ini yah.” Tunjuk Kinan pada pelayannya. Agha juga melakukan hal yang sama seperti Kinan.
Mereka berdua menikmati candylight dinner dengan natural, seperti tak ada apa-apa diantara mereka. Seperti tak ada yang spesial untuk malam ini. Tapi firasat Kinan berkata beda. Hanya saja dia tidak tahu surprise apa yang akan dia terima nanti. Setelah selesai candylight dinner mereka menghabiskan malam dengan jalan-jalan dikota tua.
“Lima menit lagi...” bisik Agha pada dirinya sendiri. Kinan masih menikmati keramaian kota tua malam itu dengan segelas kopi susu hangat yang dipesannya dari warung sebelah.
Teng! Teng!
“Happy birthday, Kin.” Ucap Agha malam itu sambil memberikan sebuah kado spesial pada Kinan.
“Ouh... makasih, Gha. Boleh dibuka?” tanya Kinan. Agha mengangguk.
Pelan-pelan kado kecil itu dia buka, dan sebuah kotak! Kinan kaget saat membukanya dan tahu isinya apa. Dia memandangi Agha penuh tanya. Agha terlihat bingung dan akhirnya dia beranikan diri untuk mengatakan sesuatu pada Kinan.
“Cincin. Baguskan?” basa-basi.
Kinan mengangguk, “Iya bagus, Gha. Tapi... maksudnya apa?” tanya Kinan.
“Ehmb... ehmb... anu... “ Agha memegang kedua tangan Kinan yang masih memegangi kotak cincin kecil itu. “Kinan. Sebenarnya udah lama aku nyimpen perasaan ini ke kamu. Sejak pertama ngeliat kamu waktu ospek dulu, ada yang aku rasa dan rasa itu enggak seperti biasanya. Aku terlalu takut untuk mengungkapkannya tapi aku harus mengungkapkannya, Kin. Sebelum semuanya terlambat. Aku sayang kamu, Kin. Aku bener-bener sayang kamu. Aku enggak mau kamu jadi milik yang lain. Aku selalu cemburu saat kamu punya pacar. Tapi aku tahu semuanya ini kembali lagi sama kamu. Aku akan terima apapun keputusan kamu. Aku akan terima kalau kamu enggak bisa jadi milik aku. Dan semoga aku bisa mengerti.” Jujur Agha.
Kinan tertegun mendengarkan Agha. Agha masih saja berbicara tentang perasaannya kepada Kintan, dan Kinan tetap mendengarnya sepenuh hati. Memerah matanya dan mulai berkaca-kaca. Kintan mengacungkan telunjuknya ke bibir Agha yang terus saja berbicara dan dia memeluk Agha. Agha kaget. Dan dia membalas pelukan itu.
“Gha, kita enggak mungkin bisa bersama. Kita berbeda keyakinan, Gha. Mama enggak mungkin ngijinin...” ucap Kinan sambil terisak.
Agha terperanjat mendengarkan penuturan Kintan barusan. Agha tahu sejak dulu mereka berbeda keyakinan dan ternyata hal itulah yang sekarang menjadi halangan buat hubungan mereka. Agha tidak tahu sekarang harus merasakan apa, apa dia harus bahagia karena ternyata pelukan itu mengartikan bahwa Kinan juga merasakan perasaan yang sama dengannya tapi dia juga kecewa dengan keadaan mereka saat ini.
“Aku enggak ngira kamu bakalan ngungkapin perasaan kamu, Gha. Karena aku hanya bisa memendamnya saja, aku terlalu takut untuk mengatakannya. Aku juga enggak mau pindah keyakinan, Gha.” Ucap Kinan dan berlalu masuk ke dalam mobil. Agha menyusul Kinan dan mereka segera beranjak pergi pulang.
“Makasih, Gha. Makasih buat hari ini. Its so nice. Dan maaf...” Kinan mengembalikan kotak cincin mungil itu beserta isinya kepada Agha dan segera turun dari mobil. Agha terus memperhatikan Kinan dari belakang sambil memegangi kotak cincin tadi.

((((()))))

Setengah jam yang lalu, Kinan mendapat kabar kalau Agha kecelakaan. Dan sekarang Kinan sedang di perjalanan menuju rumah sakit. Disana dia melihat keluarga Agha sedang murung dan penuh tangis. Mama Agha memeluk Kinan saat mengetahui kedatangannya. Dan terisak dipelukan Kinan. Kinan membalas pelukan itu dengan tulus.
“Agha pengen kamu, Kin.” Ucap mama Agha sambil memberikan kotak cincin mungil itu.
Kinan tak kuasa membendung semuanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya pecah saat mama Agha kembali memeluknya.
“Dan sekarang Agha....” mama Agha membiarkan tangisnya semnakin pecah.
Kinan melepaskan pelukan mama Agha dan berlari masuk ke dalam ruangan dimana Agha terbaring. Kinan tak menemukan Agha disitu. Hanya sebuah manusia kaku yang telah ditutup kain dari ujung kaki sampai kepalanya. Kinan berjalan pelan menghampirinya. Pelan, pelan dan semakin pelan. Tubuhnya serasa lemas saat membuka kain penutup itu.
“AGHAAAAAAAAAA!!!!!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar