“kita bahkan tidak pernah tahu apa rencana Tuhan... terlalu lancangkah saat kita mulai mencoba menebak-nebak rencana Tuhan?”
Apa kabarmu, mas Enggar?
hei, kamu yang disana. yang jauhnya bermil-mil dariku. apa kabarmu sekarang? apakah kamu bahagia sekarang? kamu bersama denganNya, kan? kamu bahagia bersamaNya, kan?
hei, kamu yang disana. apakah kamu tahu? dulu, pertama kali kamu pergi, aku begitu kehilangan. kehilangan sosokmu yang sangat menyayangiku. apakah kamu tahu itu? apakah kamu tahu? kamu sudah seperti kakakku. kamu begitu menjagaku. apakah kamu tahu, sejak kamu pergi, tak ada lagi yang menjagaku sekarang. tak ada lagi yang membelaku ketika aku tersudut. tak ada lagi yang menyemangatiku saat aku lomba mengaji di surau. tak ada lagi yang bermain denganku setelah kamu pergi.
hei, kamu yang disana. apa kamu tahu betapa sedihnya aku saat mendengar apa yang menimpamu? apa kamu tahu betapa aku ingin sekali ikut melihat jasadmu yang terbujur kaku bersiram air penuh bunga saat itu? apakah kamu tahu, aku diam-diam mencuri waktu untuk pergi ke sekolah, walaupun hanya sekedar lewat didepan rumahmu untuk bertemu jasadmu? untuk sekedar menangisi seseorang yang sangat menjagaku. apakah kamu tahu, aku menyesal karena tak bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, walau hanya gulungan kafanmu? apakah kamu tahu, sekolah itu punya banyak kenangan tentangmu?
hei, kamu yang disana. nenekmu dan nenekku sangat sayang padamu. kamu tahu? apakah kamu tahu, betapa sedihnya mereka saat itu? apakah kamu lihat, lingkaran hitam dibawah kelopak mata mereka? apakah kamu tahu, mereka menangis semalaman hanya untukmu? apakah kamu tahu itu?
hei, kamu yang disana. saat aku jumpa lagi dengan nenekmu, kamu tahu apa yang dia katakan? “seandainya Enggar masih ada, pasti sudah sebesar kamu, nduk. pasti sudah jadi sarjana sekarang...”, dan aku hanya bisa tersenyum getir dan sedih. kamu tahu aku sedih? ah mana mungkin kamu tahu. bahkan akupun tak pernah memperlihatkannya. aku yang saat itu hanyalah bocah berumur delapan tahun, tak mungkin perasaannya diperhatikan. tak mungkin sedihnya diketahui. tak ada yang tahu.
hei, kamu yang disana. tahukah kamu, samar-samar aku mendengarkan pembicaraan kedua nenekku tentang dirimu di hari dimana kau meninggalkan jasadmu? yah mana mungkin kau tahu. rohmu pasti hanya berputar disekitar keluargamu. tahukah kamu, tentang nenekku yang menangisimu malam itu? nenekku yang sudah menganggapmu seperti anaknya sendiri, cucunya sendiri, keluarganya sendiri. tahukah kamu betapa sedihnya dia? betapa dia tidak percaya pada kabar tentangmu malam itu !
hei, kamu yang disana. Tuhan menjagamu, kan?
dari anak kecil
yang merasa selalu kamu jaga
love, love, love and love :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar